Pemikiran Mahtma Gandhi dan yang diberikan
kepada Agama Hindu
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi syarat pada Matakuliah Hinduisme
Disusun
Oleh:
Herman
Teguh Irawan
(1111032100011)
Jurusan
Perbandingan Agama
Fakultas
Ushuluddin
Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2012
Pemikiran Mahatma Gandhi Dan
Sumbangannya Terhadap Agama Hindu
A.Pendahuluan
Perjuangan Gandhi
untuk meraih kemerdekaan tidak lepas dari ajaran-ajarannya(utamanya dari ajaran
agama Hindu) yang dipraktikkan dalam hidupnya.Dalam menjalankan Aksi
perlawanannya,ia selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis
dasar gerakannya.Untuk memahami lebih jauh ajaran atau prinsip-prinsip anti
kekerasan gandhi.
Pada kesempatan ini, kami mencoba untuk mengulas pergulatan
Gandhi dalam menggali pengalaman hidupnya yang banyak terinspirasi dari
kitab-kitab suci, seperti al-Kitab, al-Quran, Bhagavad Gita dan lainnya. Yang
pada gilirannya, dari pergulatan inilah Gandhi memperoleh spirit gagasan Ahimsa, Satyagraha, Swadesi, Hartal.
B. Pemikiran-pemikiran
Gandhi
Ajaran dan sosok Gandhi telah menjadi milik dunia.
Ia telah mendarmabaktikan pemikiran dan hidupnya untuk memajukan dunia, mewujudkan
perdamaian abadi yang dilandasi kebenaran, keadilan, dan cinta kasih yang
tulus. Gandhi terkenal sebagai seorang experimenter dalam pengembangan
‘perang’ tanpa kekerasan. Salah satunya adalah kemanjuran strategi kebenaran
dan diplomasi dengan prinsip satyagraha dan ahimsa disamping swadesi
,dan Hartal.
Aksi Sosial Gandhi Melawan Penindasan
Seperti telah disinggung di muka, Gandhi adalah
seorang Jainis yang mana di dalam aliran ini (Jainisme) memiliki paham bahwa
meneruskan hidup berarti selalu aktif secara fisik, kata-kata dan pikiran. Itu
berarti bahwa manusia harus selalu aktif dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Keaktifan ini harus juga berhadapan dengan pelbagai situasi kemanusiaan seperti
suka dan duka, untung dan malang. Namun, yang paling penting ialah bagaimana
kita dapat membangun diri kita dalam situasi-situasi itu. Sukses dan keberhasilan
adalah sesuatu yang diusahakan dan dicari.[1]
Kemerdekaan India atas penjajahan Inggris tidak
lepas dari peran perjuangan Gandhi. Bangsa India dapat mencapai kemerdekaannya
pada tanggal 15 Agustus 1947 dengan cara damai dan pantang kekerasan. Perjuangan
Gandhi untuk meraih kemerdekaan India tidak lepas dari ajaran-ajarannya yang ia
praktekkan dalam hidupnya. Gandhi dalam menjalankan aksi perlawanannya selalu
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis dasar gerakannya. Beberapa
gerakan tersebut antara lain sebagai berikut:
Ø
Ahimsa
Secara harfiah ahimsa berarti
“tidak menyakiti”, tetapi menurut ghandi pengertian seperti itu belum cukup,
menurutnya ahimsa berarti menolak keinginan untuk membunuh dan tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti
hati,tidak membenci,tidak membuat marah,tidak mencari keuntungan diri sendiri
dengan meperalat serta mengorbankan
orang lain.Ghandi memandang ahimsa dan kebenaran (satya) ibarat saudara
kembar yang sangat erat, namun membedakannya dengan jelas bahwa ahimsa
merupakan sarana mencapai kebenaran, sedangkan kebenaran (satya) sebagai
tujuannya.[2]
Pengertian ahimsa sebagai
sebagai suatu sarana berarti tidak mengenal kekerasan untuk mencapai kebenaran,
baik dalam wujud pikiran,ucapan,maupun tindakan. Justru kebalikannya,ahimsa
harus menciptakan suasana membangun ,cinta,dan berbuat bauk kepada orang lain
meskipun orang lain itu telah menyakitinya,bahkan terhadap musuhnya sekalipun.
Ø
Satyagraha
Secara harfiyah satyagraha
berarti suatu pencarian kebenaran dengan tidak mengenal lelah. Berpegang
teguh pada kebenaran artinya satyagraha
merupakan jalan hidup seorang yang berpegang teguh terhadap tuhan
yang maha esa dan mengabdikan seluruh hidupnya pada Tuhan Yang Maha Esa.Karena
jalan satu-satunya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan sarana ahimsa,maka
satyagraha juga berarti”mengejar tujuan benar dengan sarana ahimsa.
Ø
Swadesi
Pengertian swadesi adalah cinta
tanah air sendiri,cara mengabdi kepada masyarakat yang sebaik-baiknya kepada
lingkungannya sendiri lebih dahulu. Ghandi secara jelas memberikan urutan
swadesi ini,yaitu pengabdian diri untuk keluarga,pengorbanan keluarga untuk
desa,desa untuk keluarga dan negara untuk kemanusiaan.Maksud Ghandi agar
swadesi ditaati untuk menciptakan ketentraman dunia,sedangkan pengingkaran
terhadapnya mengakibatkan kekacauan.Pelaksanaan swadesi ini antara
lain:Sebisa-bisanya agar membeli segala keperluan dari dalam negeri dan tidak
membeli barang-barang import,bila barang-barang tersebut dapat dibuat dalam
negri sendiri.Melihat situasi dan kondisi waktu itu kemungkinan untuk
melaksanakan anti import barang-barang asing sebagai protes dan boikot terhadap
kaum penjajah.
Ø
Hartal
Hartal semacam pemogokan
nasional,toko-toko ditutup sebagai protes politik dan para pekerja melakukan
pemogokan massal.Untuk pertama kalinya Ghandi memutuskan untuk menentang
pemerintah kolonial Inggris di india. Ia Memutuskan melaksanakan hartal.ia
mengatakan bahwa suatu hari kegiatan dagang harus dihentikan,toko-toko
tutup,dan pekerja –pekerja mogok.Hartal ini merupakan permulaan dari perjuangan
selama 28 tahun, yang berakhir dengan penjajahan inggris menghentikan koloninya
atas bangsa india. Hartal dilakukan oleh rakyat india sebagai sebuah protes
politik,namun hari-hari mogok itu dihabiskan dengan berpuasa dan kegiatan
keagamaan lainnya.[3]
C. Konsep Filosofis Tentang
Masyarakat
Pandangan yang berbeda tentang konsep masyarakat
banyak dikemukakan oleh para filosof,baik klasik maupun kontemporer. Perbedaan
pandangan tersebut biasanya terjadi karena asumsi dasar yang mengonstruksi
pemikirannya juga berbeda. Itulah sebabnya, konsepsi masyarakat menjadi banyak
variannya tergantung dari sudut pendekatan yang digunakan.
D. Masyarakat Tanpa Kekerasan Menurut
Gandhi
Pada dasarnya gagasan Gandhi tentang masyarakat
tidak bisa dilepaskan dari gagasan pokoknya tentang prinsip-prinsip pola reaksi
antar manusia untuk hidup berdampingan secara damai, toleran, dan jauh dari
perilaku kekerasan. Pola relasi
antarmanusia yang kemudian berada dalam suatu tempat adalah jaminan pertama dan
utama yang membentuk masyarakat. Artinya, masyarakat adalah suatu komunitas
yang terjadi dan terbentuk dari proses relasi antarmanusia yang menduduki suatu
wilayah tertentu.
Gandhi berkeyakinan
bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks dan unik yang slalu mengalami
proses perkembangan dari Himsa menuju Ahimsa. Manusia sebagai makhluk otonom
misalnya,selalu berusaha sekuat tenaga untuk membangun hubungan baik dengan
sesama. Itulah yang memberikan suatu pendasaran tentang konsepsi masyarakat
bagi Gandhi, Bahwa masyarakat terbentuk karena kehadiran manusia sebagai
makhluk otonom dan berkorelasi. Faktor berkorelasi tersebut memberikan suatu
ikhtiar bagi manusia untuk tidak memusnahkan manusia lainnya dan menghindarkan
diri dari perilaku himsa atau kekerasan.
Menurut Gandhi , dalam setiap pengabdian dalam
masyarakat, tidaklah mungkin saling melepaskan diri dari bagian-bagiannya.
Kewajiban sesorang terhadap dirinya sendiri, kepada keluarganya,kepada
bangsanya dan kepada seluruh dunia,
misalnya,kepada bangsanya dan kepada seluruh dunia,misalnya mutlak,mutlak
saling berkaitan.Tidak mungkin seseorang berjasa kepada tanah airnya dengan
merugikan diri sendiri atau keluarganya.Sehingga wujud dari pengabdian seseorang
kepada masyarakat adalah membangun secara bersama-sama kepentingannya
masing-masing dengan tetap mengedepankan kepentingan bersama.[4]
D. Gandhi dan Agama Hindu
Gandhi adalah seorang Hindu ortodok tapi juga
seorang reformator Hindu sebab ia mempraktikan apa yang ia sampaikan.
Bagi Gandhi kebenaran juga adalah kesadaran akan kesatuan diri kita
dengan seluruh universium atau meleburnya jiwa (merging) individual ke dalam
jiwa universal. Sementara dalam agama Hindu terdapat beberapa ajaran tentang
pengakuan adanya realitas tertinggi, ajaran tentang jiva (jiwa), ajaran tentang
karma, dan ajaran tentang pelepasan atau pembebasan.
Ajaran-ajaran di atas memiliki hubungan yang
erat dengan Mahatma Gandhi yang juga seorang Jainis. Berkat Gandhi, agama Hindu
memiliki tempat yang berarti bagi kehidupan kemanusiaan. Karena, Gandhi adalah
seorang sannyasin asketis yang meniadakan pembatas antara hidup doa dan
tindakan atau perbuatan sehari-hari, antara agama dan politik. Namun, baginya
masih memilki keterkaitan sebab yang terbatas dan tak terbatas tidak terpisah
tapi saling berhubungan secara mendalam. Tidak ada konflik antara keadaan
pembebasan dengan keadaan terbelenggu (bondage), antara dharma sebagai
kewajiban moral dan mokhsa. Mokhsa bersifat individual sekaligus universal yang
merupakan buah dari dharma setiap orang dan dharma komunitas.
E. Penghargaan untuk
gandhi
Gandhi tidak pernah menerima Penghargaan perdamaian nobel, meski dia
dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948. Beberapa dekade kemudian, hal ini
disesali secara umum oleh pihak Komite Nobel. Ketika Dalai Lama dianugerahi
Penghargaan Nobel pada 1989, ketua umum
Komite mengatakan bahwa ini merupakan "sebuah bentuk mengenang Mahatma
Gandhi".
Museum elektronik Nobel mempunyai artikel mengenai hal tersebut. [5]
Sepanjang hidupnya, aktivitas Gandhi telah menarik berbagai komentar dan
opini. Misalnya, sebagai penduduk Kerajaan Britania, Winston Churchill pernah
berkata "Menyedihkan...melihat Mr. Gandhi, seorang pengacara Kuil
Tengah yang menghasut, sekarang tampil sebagai seorang fakir yang tipenya umum
di Timur, menaiki tangga Istana Viceregal dengan
badan setengah-telanjang." Begitu juga dengan Albert Einstein yang
berkomentar berikut mengenai Gandhi: "(Mungkin) para generasi berikut
akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti ini yang pernah hidup di dunia
ini."
Karya Mahatma Gandhi tidak terlupakan oleh generasi berikutnya. Cucunya, Arun Gandhi dan Rajmohan Gandhi dan bahkan
anak cucunya, Tushar Gandhi, adalah aktivis-aktivis sosio-politik yang terlibat
dalam mempromosikan non-kekerasan di seluruh dunia.
Kata kebajikan yang dikenang Mahatma Gandhi:
“
|
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi,
cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas
dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa
kepada kemusnahan.
|
”
|
“
|
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua
orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada
kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang
tersenyum.
|
REFERENSI
v
Gandhi, M. K., Mahatma Gandhi; Sebuah
Autobiografi, terj. Andi Tenri W, Yogyakarta: Narasi, 2009
v
Gandhi, Mahatma, Kehidupan Ashram dari Hari
ke Hari, terj. Gedong Bagus Oka, Denpasar : Yayasan Bali
v http://id.wikipedia.org/wiki/Warisan_ajaran_Gandhi_di_Indonesia
v I Ketut Wisarja, Gandhi dan
masyarakat tanpa kekerasan,2007,Surabaya:PT.Paramita
v http://en.wikipedia.org/wiki/Mohandas_Karamchand_Gandhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar